Beranda | Artikel
Syarah Hadits Innamal Amal Binniyat
Rabu, 25 Juni 2025

Syarah Hadits Innamal A’mal Binniyat adalah kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada Sabtu, 25 Dzulhijjah 1446 H / 21 Juni 2025 M.

Kajian Tentang Syarah Hadits Innamal A’mal Binniyat

إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ “وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ

“Sesungguhnya segala amal itu sah dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya (mendapat pahala). Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin ia peroleh atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu kepada apa yang ia tuju.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits ini adalah hadits yang agung. Sampai-sampai Imam Syafi‘i Rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini masuk ke dalam 70 bab dari bab-bab fikih. Imam an-Nawawi Rahimahullah berkata: “Kaum muslimin telah sepakat atas keagungan hadits ini, banyaknya faedah di dalamnya, dan disepakati oleh para ulama keshahihannya.”

Imam al-‘Iraqi rahimahullah, guru dari Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani, berkata tentang hadits ini: “Hadits ini adalah salah satu kaidah Islam, bahkan dikatakan: hadits ini adalah sepertiga dari ilmu.”
ada juga yang mengatakan seperempat, dan ada pula yang mengatakan seperlimanya.”

Imam Asy-Syafi‘i Rahimahullah dan Imam Ahmad Rahimahullah berkata: “hadits ini adalah sepertiganya Islam.”

Kata innama (إِنَّمَا) adalah huruf pembatas dan penegasan, yang bermakna “sesungguhnya hanyalah”. Ibnu Hajar al-‘Asqalani rahimahullah menjelaskan dalam Fath al-Bari, bahwa yang dimaksud dengan al-a‘mal (الْأَعْمَالُ) dalam hadits : “Yang dimaksud dengan amal dalam hadits ini adalah amal perbuatan anggota badan dan amal lisan.”

Niat dalam Berbuat dan Meninggalkan

Para ulama, membagi amal menjadi dua bentuk, yaitu: Pertama, amal yang bersifat fi‘l (الْفِعْلُ) yaitu amal perbuatan. Yang dimaksud amal fi‘il adalah melakukan suatu perbuatan. Contohnya: shalat, puasa, zakat, haji. Kedua, amal yang bersifat tark (التَّرْكُ) yaitu meninggalkan perbuatan. Yang dimaksud amal tark adalah meninggalkan sesuatu karena Allah. Contohnya: Meninggalkan maksiat, membersihkan najis.

Kenapa para ulama membedakan hal ini? Ada amal yang bersifat melakukan (fi‘l / الفِعْل), dan ada amal yang bersifat meninggalkan (tark / التَّرْك). Amal yang bersifat melakukan adalah amal yang membutuhkan niat. Adapun amal yang bersifat meninggalkan (tark), maka kebanyakan ulama mengatakan tidak membutuhkan niat. Tidak, tidak perlu setiap hari kita berkata, “Saya berniat hari ini meninggalkan maksiat.” Tidak perlu seperti itu. Lalu kapan, kita disuruh berniat meninggalkan maksiat? Yaitu ketika maksiat ada di hadapan kita, dan kita punya keinginan untuk melakukan maksiat itu. Maka saat itulah kita niatkan meninggalkannya karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Hal ini disebut oleh para ulama dengan istilah af‘al at-turuk (أَفْعَالُ التُّرُوكِ), yaitu melakukan amal yang bentuknya adalah meninggalkan.

Dalam hadits “إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ”, huruf “بِ” pada kata “بِالنِّيَّاتِ” menurut para ulama adalah ba’ al-musahabah (بَاءُ الْمُصَاحَبَةِ), yaitu huruf ba’ yang bermakna “menemani”. Artinya apa? Artinya adalah bahwa amal harus ditemani oleh niat. Maka dari itu, niat itu tempatnya di mana? Para ulama sepakat bahwa tempat niat adalah di hati. Dan otomatis setiap perbuatan manusia itu pasti disertai dengan niat. Oleh karena itu niat tidak perlu diucapkan.

Niyyatul-‘Amal dan Niyyatul-Idafah

Niat itu ada dua macam. Yang pertama disebut dengan niyyatul-‘amal (نِيَّةُ الْعَمَلِ), yaitu niat untuk beramal. Yang kedua disebut dengan niyyatul-idafah (نِيَّةُ الإِضَافَةِ), yaitu niat karena siapa amal itu dilakukan apakah karena Allah atau karena selain-Nya.

Pertama, niat amal (نِيَّةُ الْعَمَلِ) Contohnya: niat mau shalat, niat mau wudhu, niat mau puasa, niat mau haji atau umrah, niat mau zakat atau sedekah, semua ini disebut niat amal.

Kedua, niat idafah (نِيَّةُ الإِضَافَةِ) Contohnya: Apakah Bapak shalat karena Allah, atau karena ingin dipuji orang? Apakah Bapak bersedekah karena Allah, atau karena ingin diganti di dunia? Inilah yang disebut niat idafah.

Niyyatul-‘amal (نِيَّةُ الْعَمَلِ) ini mempengaruhi keabsahan amal perbuatan. Adapun yang kedua, yaitu niat idafah (نِيَّةُ الإِضَافَةِ) ini mempengaruhi apakah seseorang mendapatkan pahala atau justru dosa. Jika sholatnya sudah benar namun niatnya salah maka ia menjadi berdosa.

Memperhatikan masalah niat itu sangat penting. Amal yang tidak disertai niat, tidak sah. Amal yang salah niat dia berdosa. Bahkan, para ulama menjelaskan bahwa penduduk neraka yang kekal di dalamnya, mereka kekal gara-gara niat. Allah juga menjadi orang beriman menjadi penduduk surga kekal selamanya dikarenkan niat. Jadi berhati-hailah dalam berniat.

Syarat-Syarat Niat

Adapun diantara syarat-syarat niat adalah:

Islam, karena syarat diterimanya ibadah adalah harus beragama Islam.

Tamyiz, yaitu usia seseorang yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Berilmu tentang hukum yang diniatkan, maka penting Kalau seseorang mau shalat, pertama-tama ia harus tahu dulu: Apakah shalat yang akan ia kerjakan itu shalat wajib atau shalat sunnah? Penting sekali untuk mengetahui lebih dulu hukumnya jangan sampai ibadah yang hukumnya wajib, tapi diniatkan sebagai sunnah. Atau sebaliknya, ibadah yang hukumnya sunnah, tapi diniatkan sebagai wajib. Efeknya bisa menyebabkan amal tidak sah. Karena salah dalam niat.

Niat itu harus ada dari awal amal sampai akhir amal dan tidak boleh diputuskan. Itulah syarat niat yang mana apabila salah satunya tidak ada maka tidak sah niatnya.

Dengarkan dan Download Kajian Syarah Hadits Innamal A’mal Binniyat

Jangan lupa untuk turut menyebarkan kebaikan dengan membagikan link kajian “Syarah Hadits Innamal A’mal Binniyat” ini ke media sosial Antum. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Antum semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55248-syarah-hadits-innamal-amal-binniyat/